Masjid gedhe kauman Yogyakarta atau biasa juga dikenal dengan sebutan Masjid Agung Jogja adalah masjid tertua peninggalan dari Kesultanan Yogyakarta pada masa itu. Masjid ini kini menjadi salah satu lokasi wisata religi yang banyak dikunjungi baik oleh wisatawan dan warga lokal.
Kota Jogja bukan hanya terkenal sebagai kota pelajar tetapi, terkenal juga dengan wisatanya yang cukup banyak. Salah satunya adalah wisata religi yang bisa Anda manfaatkan untuk tujuan ibadah maupun, hanya sekedar melihat kemegahan dan keunikannya.
Ternyata Masjid Gedhe Kauman memiliki sejarah yang cukup panjang dan sampai saat ini masih digunakan oleh Sutan Jogja untuk beribadah. Tentunya, Anda juga semakin penasaran bagaimana sejarah dengan sejarah dari masjid ini? Langsung saja simak berbagai penjelasannya hanya pada artikel ini.
Sejarah Masjid Gedhe Kauman
Awal mula sejarah dari Masjid Gedhe Kauman dimulai pada tanggal 29 mei 1773 M yang secara langsung diresmikan oleh Hamengkubuwono I bersama Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat (penghulu keraton). Pendirian masjid ini ditandai dengan prasasti yang terletak di serambi masjid.
Dengan diresmikannya secara simbolis, menandakan bahwa peran Sultan tidak hanya sebagai penguasa pemerintahan saja. Tetapi, juga sebagai wali Allah di dunia dan pemimpin agama di Kasultanan. Bukan hanya dikhususkan untuk tempat ibadah Sultan akan tetapi, bisa juga digunakan oleh rakyatnya.
Dua tahun dari sejak didirikannya atau tepatnya pada tahun 1775 M, bangunan dari Masjid Gedhe Kauman diperluas. Hal ini dilakukan karena jamaah yang beribadah mulai bertambah banyak. Bagian yang dilakukan perluasaan adalah serambi dan dua bangunan tambahan yang disebut pangongan.
Fungsi dari dua bangunan tambahan atau pangangon adalah sebagai tempat rangkaian gamelan pusaka yaitu, Kiai Gunturmadu dan Kiai Nagawilaga, yang biasanya dimainkan selama prosesi upacara Sekaten. Inilah yang menjadi alasan dari dibangunnya dua banguanan tambahan pada area masjid.
Masjid Gedhe Kauman memiliki atap yang bersusun tiga bergaya tradisional Jawa. Atap yang bertumpang tiga bermakna sebagai simbol iman-islam-ihsan, sedangkan atap tumpang yang menyatu di satu titik melambangkan ke-Esa-an Allah SWT. Arsitektur yang sangat khas ini dinamakan sebagai Tajuk Lambang Teplok.
Pada tahun 1840 M dibangun Regol Masjid atau dikenal dengan istilah pintu gerbang berbentuk Semar Tinandhu. Maksud dari bentuk pintu gerbang seperti ini melambangkan teladan yang mengasuh para Ksatria dan Raja. Namun, masyarakat lokal lebih mengenal pintu gerbang yang dibangun dengan sebutan Gapuro.
Dari berbagai pembangunan dan perluasan yang telah dilakukan pada tahun 1867 M terjadi gempa dahsyat. Dari bencana alam ini menyebabkan runtuhnya bangunan serambi masjid. Dari gempa bumi yang terjadi Sultan Hamengkubuwono VI langsung memerintahkan untuk segera dilakukannya renovasi sekaligus memperluas candi. Serambi masjid yang baru ini luasnya dua kali lipat dari serambi sebelumnya yang runtuh.
Dari pasca gempa yang terjadi pada saat itu Masjid Gedhe Kauman terus mengalami berbagai renovasi dengan tetap mempertahankan struktur bangunanannya yang khas. Hingga sampai saat ini bangunan Masjidnya masih tetap terjaga karena proses dari renovasi dan perawatan yang dilakukan.
Fungsi Masjid Gedhe Kauman
Pada awal berdirinya Masjid Gedhe Kauman digunakan sebagai tempat kelengkapan Kesultanan Yogyakarta. Tempat kelengkapan tersebut seperti pengadilan agama, tempat pertemuan para ulama, pengajian dakwah islami, dan peringatan hari besar.
Dari sinilah fungsi dari masjid ini bukan hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja. Akan tetapi, juga digunakan sebagai tempat untuk kegiatan keagamaan lainnya. Sehingga Masjid Agung Jogja disebut sebagai simbol harmonisasi budaya Jawa dan Islam.
Oleh karena itu, yang memimpin dari masjid ini bukanlah sembarang orang. Pemimpin dari pengurus masjid adalah penghulu keraton, yang juga merupakan abdi dalam keraton. Salah satu abdi dalam keraton yang paling terkenal adalah KH. Ahmad Dahlan, pahlawan nasional yang dikenal sebagai pendiri dari Muhammadiyah.
Arsitektur Masjid Gedhe Kauman
Memiliki luas kurang lebih 16.000 meter persegi terdiri dari 2 pangongan, pengulon, dan makam. Terdapat juga kantor sekretariat, dewan takmir, dan kantor agama. Semua tempat ini terdapat dalam satu kawasan yang sama yaitu, di sekitar masjid.
Masjid Gedhe Kauman memiliki arsitektur yang khas dan sangat kental akan budaya Jawa. Dengan atap yang bersusun tiga terbuat dari kayu asli yang diukir, membuat tampilan dari masjid terlihat lebih megah dan menawan. Gaya arsitektur seperti ini juga dapat menggambarkan kebesaran dari keraton Jogja. Susunan dari tiga atap tersebut memiliki sebuah arti atau makna yaitu tasawuf, syariat, tarekat, dan marifat.
Lantai yang dipakai untuk masjid Gedhe Kauman dari ubin atau biasa dikenal juga dengan nama tegel. Bahan tersebut sering dipakai untuk lantai rumah para bangsawan Jawa zaman dahulu. Keunggulan dari bahan ini adalah ada pada rasa dinginnya.
Kemudian pada bagian atap masjid terdapat mustaka atau hiasan mahkota berbentuk bunga. Ini merupakan sebuah simbol yang menandakan bahwa masjid tersebut adalah milik keraton Yogyakarta.
Arsitek dari Masjid Gedhe Kauman adalah Kiai Wiryokusumo yang membuat tampilan interior dan eksterior masjid terlihat lebih memukau. Walaupun, dengan bentuk struktur bagunan yang terlihat sederhana. Inilah yang menjadi ciri khas dari bangunan masjid ini sederhana namun, tetap bisa terlihat mewah.
Suasana di dalam masjid akan terasa berbeda ketika masuk ke dalamnya. Interior masjid dibuat dengan berhiaskan lampu bergaya kuno, yang sangat identik dengan nuansa Jawa kuno pada masa lampau. Ditambah dengan susunan pilar atau tiang yang terbuat dari kayu asli menambah suasana di dalam masjid terasa nyaman dan terlihat lebih menawan.
Selain itu, di dalam masjid juga terdapat ruang khusus sebagai temapat ibadah untuk Raja atau Sultan yang disebut dengan Maskura. Letaknya berada pada bagian shaf atau di baris paling depan. Bentuk dari Maskura mirip dengan sangkar karena tempatnya yang tertutup. Pada umumnya tempat seperti dikenal dengan sebutan Mihrab atau tempat yang dijadikan khusus hanya untuk beribadah.
Lokasi dan Rute Masjid Gedhe Kauman
Untuk berkunjung ke Masjid Agung Jogja Anda bisa menggunakan berbagai jenis moda transportasi. Ada banyak sewa mobil Jogja yang bisa dimanfaatkan sebagai transportasi untuk dapat berkunjung kesana. Anda juga bisa berjalan kaki bila ingin menyusuri jalan Jogja sambil menikmatinya.
Berikut ini sedikit penjelasan mengenai lokasi dan rute menuju Masjid Gedhe Kauman.
Lokasi
Lokasi dari Masjid Gedhe Kauman terletak di Jl. Kauman, Ngupasan, Kota Yogyakarta. Lebih tepatnya terletak di samping alun-alun Lor Keraton Jogja. Masjid ini memiliki lokasi yang sangat strategis terutama bagi para wisatawan. Karena letaknya yang tidak terlalu jauh dengan pusat kota dan berdekatan dengan destinasi wisata seperti Keraton Jogja, Alun-alun Lor, Benteng Vredeburg, Taman Pintar, Taman Budaya, dan Jalan Malioboro.
Rute
Untuk Rute mengunjungi Masjid Agung Jogja tidaklah begitu sulit dan mudah dijangkau karena lokasinya sangat mudah diakses. Jika sedang berada di kawasan Malioboro, Anda hanya perlu lurus terus ke arah selatan melalui titik 0 Km Jogja. Setelah itu berbelok kearah kanan (arah barat) dan melewati Jalan K.H Dahlan. Setelah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah belok ke kiri ke arah selatan. Lalu, Anda akan melihat gapura atau jalan masuk menuju area masjid.
Itulah sedikit penjelasan mengenai sejarah Masjid Gedhe Kauman yang menjadi masjid ikonik dan kebanggaan dari masyarakat Jogja. Selain itu, masjid ini juga bisa menjadi destinasi wisata religi baik untuk beribadah maupun melihat keindahan dari arsitektur khas Jawa yang masih sangat kental.
Jadi, jangan lupa jika berkunjung ke Jogja untuk sempatkan waktu ke Masjid Gedhe Kauman untuk merasakan langsung suasana dan keindahan masjidnya.Semoga dengan berbagai penjelasan dari informasi yang sudah disampaikan dapat bermanfaat dan berguna bagi Anda. Jangan lupa untuk tetap selalu update informasi menarik lainnya hanya di laman Almoreno Transport.